TEORI-TEORI MOTIVASI
Motivasi
merupakan sebuah topik menarik dalam Perilaku Organisasi. Alasannya ialah
karena baru-baru ini terungkap fakta bahwa mayoritas karyawan tidaklah antusias
terhadap pekerjaan mereka. Namun, berita baiknya ialah bahwa semua peneliti
justru member kita banyak pengetahuan mengenai cara meningkatkan motivasi.
Banyak
orang telah keliru memandang motivasi sebagai sebuah sifat pribadi—beberapa
individu memilikinya dan yang lain tidak. Kita tahu bahwa motivasi merupakan
hasil interaksi antara individu dengan situasi tertentu, di mana dorongan
motivasional tiap individu berbeda. Seorang anak yang biasanya mengalami
kesulitan membaca selama 10 menit, mungkin dapat menyelesaikan buku Harry Potter dalam sehari. Dalam kasus
ini, perubahan motivasi anak tersebut telah didorong oleh situasi. Dengan
demikian, tingkat motivasi berbeda-beda antara setiap individu, serta antara
individu dengan situasi yang ia hadapi.
Motivasi merupakan proses yang menjelaskan
intensitas, arah, dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Intensiitas berhubungan dengan seberapa
giat seseorang berusaha. Arah berkaitan
dengan orientasi apa yang ingin dicapai seseorang. Intensitas yang tinggi
haruslah sesuai dengan arah organisasi. Ketekunan
berarti ukuran mengenai berapa lama seseorang bisa mempertahankan usahanya.
Dalam
menjelaskan pembahasan ini, digunakan beberapa teori motivasi:
1. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
·
Teori Hirarki Kebutuhan adalah teori tentang lima kebutuhan—fisiologis,
keamanan, social, penghargaan, dan aktualisasi diri—yang ada ketika setiap
kebutuhan pada dasarnya telah dipenuhi, kebutuhan yang berikutnya menjadi
dominan.
·
Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah:
-
Fisiologis: meliputi rasa lapar, haus, seksual, dll.
Seseorang dikatakan normal apabila terpenuhi kebutuhan ini. Kebutuhan ini
merupakan kebutuhan primer untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan biologis;
-
Rasa aman: meliputi
rasa ingin dilindungi dari bahya fisik dan emosional.
-
Sosial: meliputi rasa kasuh saying, kepemilikan,
penerimaan, dan persahabatan.
-
Penghargaan: meliputi faktor penghargaan internal
seperti hormat diri, otonomi, dan pencapaian; dan penghargaan eksternal seperti
status, pengakuan, dan perhatian. Kwbutuhan ini lebeih bersifat egoistic dan
berkaitan erat dengan status seseorang.
-
Aktualisasi diri: dorongan untuk menjadi seseorang sesuai
kecakapannya; meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan
diri sendiri. Kebutuhan ini adalah yang tertinggi, untuk menunjukkan
prestasinya yang maksimal tanpa terllau banyak menuntut imbalan dari
organisasi.
·
Dalam piramida di atas, meskipun tidak ada kebutuhan yang benar-benar
dipenuhi seluruhnya, sebuah kebutuhan yang pada dasarnya telah
dipenuhi—sesedikit apapun itu, tidak akan lagi memotivasi. Jadi, menurut
Maslow, jika ingin memotivasi seseorang, kita harus memahami pada tingkatan
mana seseorang itu berada sekarang, dan berfokus untuk mencapai hirarki di
atasnya.
·
Maslow memisahkan lima kebutuhan itu ke dalam dua kategori: kebutuhan tingkat bawah (fisiologis dan
rasa aman) dan kebutuhan tingkat atas
(social, penghargaan, dan aktualisasi diri). Perbedaan dari keduanya ialah
bahwa kebutuhan tingkat atas diperoleh secara internal (di dalam diri
seseorang), sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara
eksternal oleh hal-hal semisal imbalan kerja, kontrak serikat kerja, dan masa
jabatan.
·
Teori kebutuhan yang bersifat deduktif tersebut, oleh Maslow,
dikembangkan atas dasar tiga asumsi pokok, yakni:
-
People are wanting animals. Manusia adalah makhluk yang berkeinginan.,
dan keinginan mereka tidak pernah terpenuhi seluruhnya. Setelah satu keinginan
terpenuhi, muncul keinginan baru. Proses terus berlangsung hingga mati.
-
A satisfied need is not a
motivator of human behavior.
Kebuthan yang telah terpenuhi tidak akan lagi menjadi pendorong lagi.
-
Human needs are arranged in a
hierarchy of importance.
Kebuthan manusia berhierarki berdasarkan tingkat pentingnya kebutuhan.
·
Teori Maslow masih banyak menuai kritik. Misalnya soal benar tidaknya
kebutuhan manusia itu berjenjang/ hirarki? Sebab pada kenyataannya, berbagai
jenis kebutuhan itu dusahakan pemuasannya secara simultan, meski dengan
intensitas berbeda. Perbedaan intensitas itu memaksa seseorang untuk memuaskan
kebutuhannya yang paling mendesak saat itu, tanpa memperhitungkan lagi apakah
kebutuhan ini lebih tinggi dari kebutuhan yang lain.
2. Teori X dan Teori Y
·
Douglas McGregor mengemukakan dua pandangan nyata mengenai manusia:
pertama, manusia pada dasarnya negative (Teori X), dan kedua, manusia pada
dasarnya positif (Teori Y).
·
Teori X beranggapan bahwa karyawan tidak suka bekerja, malas, tidak
menyukai tanggung jawab, dan harus dipaksa untuk menghasilkan kinerja. Teori Y
beranggapan bahwa karyawan suka bekerja, kreatif, mencari tanggung jawab, dan
dapat berlatih mengembangkan diri.
·
Dalam mengemukakan danmemperthankan kebenaran teoerinya, McGregor
menekankan pada cara para manajer dalam memperlakukan bawahannya sangat
tergantung pada asumsi yang digunakan tentang cirri-ciri berdasarkan kedua
kelompok klasifikasi di atas.
·
Theory X places exclusive
reliance upon external control of human behavior, while Theory Y realize
heavily on self-control and self-direction. Perbedaan tersebut seolah-olah disebebkan oleh perbedaan lakuan orang
secara berbeda, yakni di satu sisi treating
people them as mature adults.
·
Teori X berasumsi bahwa kebutuhan tingkat rendah mendominasi individu.
Teori Y berasumsi bahwa kebutuhan
tingkat tinggilah yang mendominasi individu. McGregor sendiri yakin pada asumsi
Teori Y. Karena itu, ia mengemukakan bahwa pembuatan keputusan partisipatif,
pekerjaan yang menantang, serta hubungan kelompok yang baik akan memaksimalkan
motivasi kerja karyawan.
3. Teori Motivasi Higiene
·
Faktor-faktor hygiene merupakan faktor-faktor—seperti kebijakan dan
administrasi perusahaan, pengawasan, dan imbalan kerja—yang, ketika sesuai dengan
suatu pekerjaan, membuat karyawan puas. Ketika faktor-faktor ini sesuai,
karyawan tidak akan tidak merasa puas.
·
Menurut Herzberg, faktor-faktor yang menghasilkan kepuasan kerja
terpisah dan berbeda dengan faktor-faktor yang memnimbulkan ketidakpuasan
kerja. Menurutnya, lawan dari “kepuasan” bukanlah ketidakpuasan, melainkan
“bukan kepuasan”. Dan lawan dari “ketidakpuasan” adalah “bukan ketidakpuasan”.
·
Ketika faktor-faktor tersebut memadai, orang-orang tidak akan merasa
tidak puas; namun buka berarti mereka akan merasa puas.
·
Teori ini menuai beberapa kritik di antaranya:
-
Prosedur Herzberg dibatasi oleh metodologinya. Ketika segalanya berjalan
baik, individu cenderung memuji dirinya sendiri, dan menyalahkan kegagalan pada
lingkungan ekstrinsik.
-
Tidak ada ukuran kepuasan yang digunakan sebagai indikator.
-
Herzberg mengasumsikan hubungan antara kepuasan dan produktivitas, namun
metodologi penelitiannya hanya melihat kepuasan, dan tidak pada produktivitas.
3. Teori ERG
·
Clayton Alderfer mengolah hirarki kebutuhan Maslow agar semakin dekat denganpenelitian
empiris. Hirarki kebutuhannya yang telah ditelaah ulang disebut sebagai Teori
ERG.
·
Menurutnya, terdapat tiga kelompok kebutuhan inti—kehidupan (sama dengan
kebutuhan fisioloogis dan kemanan milik Maslow), hubungan (sama dengan
kebutuhan social dan status milik Maslow), dan pertumbuhan (sama dengan
kebutuhan penghragaan dan aktualisasi diri milik Maslow).
·
ERG Ttidak berasumsi bahwa terdapat sebuah hirarki kaku dimana seseorang
harus memenuhi kebutuhan tingkat rendah terlebuih dahulu sebelum beralih ke
kebutuhan tingkat yang lebih tinggi. Sebagai contoh. Seorang individu juga bisa
fokus pada ketiga kategori kebutuhan secara bersamaan. Lagian, menurutnya, rasa
frustrasi dalam memenuhi kebutuhan tingkat yang lebih tinggi dapat menyebabkan
kemunduran ke tingkat yang lebih rendah.
4. Teori Kebutuhan McLelland
·
Teori Kebutuhan McLelland berfokus pada tiga kebutuhan: pencapaian,
kekuatan, dan hubungan. Hal-hal tersebut dapat didefiniskan sebagai berikut:
-
Kebutuhan pencapaian (need for
achievement/ nAch): dorongan untuk melebihi , mencapai standar-standar,
berusaha keras untuk berhasil.
-
Kebutuhan kekuatan (need for power/
nPow): kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedmikian rupa
sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
-
Kebutuhan hubungan (need for
affiliation/ nAff): keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal
yang ramah dan akrab.
·
Beberapa individu memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil. Mereka
lebih berjuan untuk memperoleh pencapaian pribadi daripada memperoleh
penghargaan. Mereka memiliki keinginan melakukan sesuatu dengan lebih baik dari
sebelumnya. Dorongan ini merupakan kebutuhan pencapaian.
·
McClellland menemukan bahwa
individu yang berhasil dalam pekerjaannya adalah individu yang memiliki
keinginan melakukan hal-hal baik lebih tinggi daripada orang lain. Mereka lebih
suka tantangan menyelesaikan sebuah masalah dan mtanggung jawab pribadi untuk
keberhasilan atau kegagalan, daripada menyerahkan hasil pada kesempatan atau
tindakan orang lain.
·
Kebuhan kekuatan (nPow) adalah
keinginan untuk memiliki pengaruh dan mengendalikan individu. Individu dengan nPow tinggi suka bertanggung jawab,
berjuang untuk memengaruhi individu lain, senang ditenpatkan pada situasi yang
kompetitif dan berorientasi status, serta cenderung lebih khawatir dengan
wibawa dan mendapatkan pengaruh atas individu lain daripada kinerja yang
efektif.
·
Kebutuhan nAff menunjukkan
motif seseorang untuk berjuang demi persahabatan, lebih suka kondisi kooperatif
daripada situasi kompetitif, dan menginginkan hubungan-hubungan yang melibatkan
tingkat pengertian mutual yang tinggi.
No comments:
Post a Comment