Friday, June 22, 2012

Pengaruh Slogan terhadap Minat Beli Masyarakat Pada Produk Rinso


A.         SLOGAN PRODUK

Slogan adalah bahasa kampanye yang sangat berpotensi mempengaruhi persepsi dan perilaku targetnya. Itu bisa tercipta jika pemilihan kata-katanya tepat, pas dan mengena. Memang diperlukan kreativitas yang tinggi untuk memastikan penciptaan slogan yang bermutu.
Slogan bermutu adalah slogan yang orisinil dan bukan contekan. Artinya slogan itu akan menjadi satu-satunya penjelas atas merek tersebut. Persepsi target akan otomatis tersambung dengan merek jika slogan disebutkan.
Menurut Wikipedia, slogan adalah motto atau frasa yang dipakai pada konteks politik, komersial, agama, dan lainnya, sebagai ekspresi sebuah ide atau tujuan. Slogan yang bermutu di susun dengan mempertimbangkan efek persepsi yang akan muncul. Jadi persyaratan diferensiasi dan penempatan–positioning—menjadi absolut.
Pertimbangannya menjadi kompleks mulai dari bahasa, pilihan kata, kemudahan penyebutan, kesamaan persepsi yang ditimbulkan, kekuatan makna dan daya dobrak yang dimilikinya. Slogan diciptakan bukan karena latah tetapi sebuah penterjemahan atas makna visi dan misi perusahaan yang diselaraskan dengan tujuan/ sasaran pemasaran yang ditetapkan.
Slogan sebagai bagian dari identitas suatu produk merupakan asset yang sangat penting karena melalui slogan, pesan dapat disampaikan kepada khalayak dengan mengena. Slogan dapat mengidentifikasikan (memunculkan identitas) dan pada gilirannya identitas tersebut mampu membentuk impresi tertentu atas suatu produk di mata khalayaknya. Slogan sebagai tanda bahasa juga dapat digunakan sebagai alat utama untuk menciptakan gambaran realitas sesuai konstruksi pembuatnya.

B.         PERILAKU KONSUMEN

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Semakin majunya perekonomian dan teknologi, kian mendesak perusahaan untuk terus berkembang, khususnya dalam bidang pemasaran. Untuk itu perusahaan perlu memahami atau mempelajari perilaku konsumen dalam hubungannya dengan pembelian yang dilakukan oleh konsumen tersebut. Dalam menentukan jenis produk atau jasa, konsumen selalu mempertimbangkan tentang produk atau jasa apa yang dibutuhkan. Hal inilah yang dikenal sebagai perilaku konsumen.
Perilaku konsumen (consumer behavior) adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa tersebut di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Dharmmesta dan Handoko, 2000: 10).
Hubungannya dengan keputusan pembelian suatu produk atau jasa, pemahaman mengenai perilaku konsumen meliputi jawaban atas pertanyaan seperti apa (what) yang dibeli, dimana membeli (where), bagaimana kebiasan (how often) membeli dan dalam keadaan seperti apa (under what condition) barang/ jasa dibeli. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran perlu didukung pemahaman yang baik mengenai perilaku konsumen, karena dengan memahami perilaku konsumen perusahaan dapat merancang apa saja yang diinginkan konsumen.

2. Persepsi Konsumen

Menurut Kotler (1997) persepsi adalah proses memilih, menata, menafsir stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu. Stimuli adalah rangsangan fisik, visual, dan komunikasi verbal/ nonverbal yang dapat memengaruhi respon seseorang (Sodik, 2003).
Assael (1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengan komponennya ((kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi yang ditunjukkan untuk memengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk melalui latar kata-kata, gambar dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk (harga, tempat, penjualan). Informasi yang diperoleh konsumen kemudian akan membentuk preferensi  (pilihan) konsumen terhadap suatu objek. Preferensi akan membentuk sikap konsumen terhadap suatu objek, yang pada gilirannya sikap ini akan secara langsung memengaruhi apakah konsumen akan membeli produk tersebut atau tidak.

3. Minat Beli

Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael, 2001).
Mehta(1994: 66) mendefinisikan minta beli sebagai kecenderungan konsumen ntuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.
Menurut Howard (1994) (Durianto dan Liana, 2004: 44), minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana  konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh pemasar untuk mengetahui minta beli konsumen terhadap suatu produk.
Rossiter dan Percy  (1998: 126) mengemukakan bahwa minat beli merupakan instruksi diri konsemen untuk melakukan pembelian atas suatu produk, melakukan perencanaan, mengambil tindakan-tindakan yang relevan seperti mengusulkan, merekomendasikan, memilih, dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.
Menurut Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Albari (2002) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Jika seseorang memiliki motivasi yang tinggi terhadap produk, makan dia akan bertindak untuk menguasai produk tersebut, vice versa. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk  kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk yang ditawarkan atau tidak.

C.         SLOGAN RINSO 

             Rinso diluncurkan di Indonesia sebagai merek deterjen pertama di negara ini. Akan tetapi, sebenarnya ini adalah merek yang paling lazim digunakan di Amerika Serikat, Inggris dan Australia sejak tahun 1918. Pada tahun 1970 setelah menyadari potensi bangsa ini Unilever memposisikan Indonesia sebagai pangkalan Rinso. Hal ini terbukti merupakan langkah yang cerdas karena dewasa ini Rinso memang merupakan pemimpin nomor satu di pasar deterjen Indonesia.
             Sejak pertama kali diperkenalkan, Rinso telah banyak melakukan transformasi di banyak hal. Salah satunya dalam hal slogan. Beberapa orang sepakat bahwa Rinso melangkah ke fase yang lebih tinggi, tidak lagi bicara dengan Basic Function–Membersihkan Noda (dengan slogan “Membersihkan Paling Bersih”), tapi sudah bicara ke emosional dengan “Berani Kotor Itu Baik”.
             Slogan “Berani Kotor itu Baik” sudah secara implisit mengklaim bahwa kotor bukan masalah buat Rinso. Apalagi ditambah dengan kata-kata pada TVC “Urusan Kotor biar Rinso yang membersihkannya”. Dan pada iklan dimana seorang anak memakai baju Spiderman juga sudah mendeskripsikannya. Strategi emosional yang dijalankan Rinso membuat ibu-ibu tetap membeli Rinso Matic 3KG seharga hampir 70ribu walau pada saat yang bersamaan deterjen sejenis melakukan promosi dengan harga yang hampir setengahnya. Padahal biasanya para ibu sangat terhadap harga.
             Melalui slogan “Berani Kotor itu Baik”, Rinso ingin menyampaikan bahwa tidak takut kotor memang baik: ini adalah bagian  perkembangan anak yang baik. Begitulah anak belajar, mengekspresikan kreativitasnya dan bahkan mempertebal sistem kekebalan mereka. Ini adalah cara yang berharga untuk memperkaya hidup mereka, baik tua maupun muda.


Total Quality Management

A. DEFINISI TQM
Total Quality Management (TQM) adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan dan memberikan manfaat pada anggota organisasi (sumber daya manusianya) dan masyarakat

                Di Jepang, TQM dirangkum menjadi empat langkah, yaitu sebagai berikut.
- Kaizen: difokuskan pada improvisasi proses berkelanjutan (continuous Improvement) sehingga proses yang terjadi pada organisasi menjadi visible (dapat dilihat), repeatable (dapat dilakukan secara berulang-ulang), dan  measurable (dapat diukur).
- Atarimae Hinshitsu: berfokus pada efek intangible pada proses dan optimisasi dari efek tersebut.
- Kansei: meneliti cara penggunaan produk oleh konsumen untuk peningkatan kualitas produk itu sendiri.
- Miryokuteki Hinshitsu: manajemen taktis yang digunakan dalam produk yang siap untuk diperdagangkan. 

Adapun karakteristik TQM adalah sebagai berikut:
1. Fokus pada pelanggan
2. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas
3. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
4. Memiliki komitmen jangkan panjang
5. Membutuhkan kerja sama tim
6. Memperbaiki proses secara berkesinambungan
7. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
8. Memberikan kebebasan yang terkendali
9. Memiliki kesatuan tujuan
10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan


B. KERANGKA MODEL TQM


Elemen Kunci TQM
Model TQM di atas menunjukkan suatuphilosophy bahwa mutu yang diinginkan didapat dari kekuatan kepemimpinan, perencanaan,desi g n, dan peningkatan inisiatif. Kedelapan elemen kunci tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut.
1.       Foundation, termasuk di dalamnya ethics, integrity, and trust.
2.       Building Bricks, termasuk di dalamnya  training, teamwork, and leadership.
3.       Binding Mortar, termasuk di dalamnya adalah communication
4.       Roof adalahrecognition.