A.
SLOGAN PRODUK
Slogan adalah bahasa kampanye yang sangat berpotensi mempengaruhi
persepsi dan perilaku targetnya. Itu bisa tercipta jika pemilihan kata-katanya
tepat, pas dan mengena. Memang diperlukan kreativitas yang tinggi untuk
memastikan penciptaan slogan yang bermutu.
Slogan
bermutu adalah slogan yang orisinil dan bukan contekan. Artinya slogan itu akan
menjadi satu-satunya penjelas atas merek tersebut. Persepsi target akan
otomatis tersambung dengan merek jika slogan disebutkan.
Menurut Wikipedia, slogan adalah motto atau frasa yang dipakai pada
konteks politik, komersial, agama, dan lainnya, sebagai ekspresi sebuah ide
atau tujuan. Slogan yang bermutu di susun dengan mempertimbangkan efek persepsi
yang akan muncul. Jadi persyaratan diferensiasi dan penempatan–positioning—menjadi
absolut.
Pertimbangannya menjadi kompleks mulai dari bahasa, pilihan kata,
kemudahan penyebutan, kesamaan persepsi yang ditimbulkan, kekuatan makna dan
daya dobrak yang dimilikinya. Slogan diciptakan bukan karena latah tetapi
sebuah penterjemahan atas makna visi dan misi perusahaan yang diselaraskan
dengan tujuan/ sasaran pemasaran yang ditetapkan.
Slogan sebagai bagian dari identitas suatu produk merupakan asset
yang sangat penting karena melalui slogan, pesan dapat disampaikan kepada
khalayak dengan mengena. Slogan dapat mengidentifikasikan (memunculkan
identitas) dan pada gilirannya identitas tersebut mampu membentuk impresi
tertentu atas suatu produk di mata khalayaknya. Slogan sebagai tanda bahasa
juga dapat digunakan sebagai alat utama untuk menciptakan gambaran realitas
sesuai konstruksi pembuatnya.
B.
PERILAKU KONSUMEN
1. Pengertian Perilaku Konsumen
Semakin majunya perekonomian dan teknologi, kian mendesak perusahaan
untuk terus berkembang, khususnya dalam bidang pemasaran. Untuk itu perusahaan
perlu memahami atau mempelajari perilaku konsumen dalam hubungannya dengan
pembelian yang dilakukan oleh konsumen tersebut. Dalam menentukan jenis produk
atau jasa, konsumen selalu mempertimbangkan tentang produk atau jasa apa yang
dibutuhkan. Hal inilah yang dikenal sebagai perilaku konsumen.
Perilaku konsumen (consumer behavior) adalah
kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa tersebut di dalamnya proses
pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut
(Dharmmesta dan Handoko, 2000: 10).
Hubungannya dengan keputusan pembelian suatu produk atau jasa,
pemahaman mengenai perilaku konsumen meliputi jawaban atas pertanyaan seperti
apa (what) yang dibeli, dimana membeli (where), bagaimana
kebiasan (how often) membeli dan dalam keadaan seperti apa (under
what condition) barang/ jasa dibeli. Keberhasilan perusahaan dalam
pemasaran perlu didukung pemahaman yang baik mengenai perilaku konsumen, karena
dengan memahami perilaku konsumen perusahaan dapat merancang apa saja yang
diinginkan konsumen.
2. Persepsi Konsumen
Menurut Kotler (1997) persepsi adalah proses memilih, menata,
menafsir stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu. Stimuli
adalah rangsangan fisik, visual, dan komunikasi verbal/ nonverbal yang dapat
memengaruhi respon seseorang (Sodik, 2003).
Assael (1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi
terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengan komponennya
((kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi yang ditunjukkan untuk
memengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk melalui latar kata-kata,
gambar dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan
produk (harga, tempat, penjualan). Informasi yang diperoleh konsumen kemudian
akan membentuk preferensi (pilihan)
konsumen terhadap suatu objek. Preferensi akan membentuk sikap konsumen
terhadap suatu objek, yang pada gilirannya sikap ini akan secara langsung
memengaruhi apakah konsumen akan membeli produk tersebut atau tidak.
3. Minat Beli
Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu
merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur
dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael, 2001).
Mehta(1994: 66) mendefinisikan minta beli sebagai kecenderungan
konsumen ntuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan
dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan
pembelian.
Menurut Howard (1994) (Durianto dan Liana, 2004: 44), minat beli
merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta
berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Dapat
dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari konsumen yang
merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Hal ini
sangat diperlukan oleh pemasar untuk mengetahui minta beli konsumen terhadap
suatu produk.
Rossiter dan Percy (1998:
126) mengemukakan bahwa minat beli merupakan instruksi diri konsemen untuk
melakukan pembelian atas suatu produk, melakukan perencanaan, mengambil
tindakan-tindakan yang relevan seperti mengusulkan, merekomendasikan, memilih,
dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.
Menurut Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Albari (2002) menyatakan
bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam individu yang memaksa
mereka untuk melakukan tindakan. Jika seseorang memiliki motivasi yang tinggi
terhadap produk, makan dia akan bertindak untuk menguasai produk tersebut, vice
versa. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan orang tersebut berminat untuk
membeli produk yang ditawarkan atau tidak.
C.
SLOGAN RINSO
Rinso diluncurkan di Indonesia sebagai merek
deterjen pertama di negara ini. Akan tetapi, sebenarnya ini adalah merek yang
paling lazim digunakan di Amerika Serikat, Inggris dan Australia sejak tahun
1918. Pada tahun 1970 setelah menyadari potensi bangsa ini Unilever
memposisikan Indonesia sebagai pangkalan Rinso. Hal ini terbukti merupakan
langkah yang cerdas karena dewasa ini Rinso memang merupakan pemimpin nomor
satu di pasar deterjen Indonesia.
Sejak pertama
kali diperkenalkan, Rinso telah banyak melakukan transformasi di banyak hal.
Salah satunya dalam hal slogan. Beberapa orang sepakat bahwa Rinso melangkah ke fase yang lebih tinggi, tidak lagi
bicara dengan Basic Function–Membersihkan Noda (dengan slogan “Membersihkan
Paling Bersih”), tapi sudah bicara ke emosional dengan “Berani Kotor Itu Baik”.
Slogan
“Berani Kotor itu Baik” sudah secara implisit mengklaim bahwa kotor
bukan masalah buat Rinso. Apalagi ditambah dengan kata-kata pada TVC “Urusan
Kotor biar Rinso yang membersihkannya”. Dan pada iklan dimana seorang anak
memakai baju Spiderman juga sudah mendeskripsikannya. Strategi emosional yang
dijalankan Rinso membuat ibu-ibu tetap membeli Rinso Matic 3KG seharga hampir
70ribu walau pada saat yang bersamaan deterjen sejenis melakukan promosi dengan
harga yang hampir setengahnya. Padahal biasanya para ibu sangat terhadap harga.
Melalui slogan “Berani Kotor itu Baik”, Rinso ingin menyampaikan
bahwa tidak takut kotor memang baik: ini adalah bagian perkembangan anak yang baik. Begitulah anak
belajar, mengekspresikan kreativitasnya dan bahkan mempertebal sistem kekebalan
mereka. Ini adalah cara yang berharga untuk memperkaya hidup mereka, baik tua
maupun muda.